:strip_exif():quality(75)/medias/5313/5f3ec9208e95d246e7abc35b99710ffe.jpg)
Bank Mandiri terus menorehkan prestasi gemilang dengan kinerja keuangan yang solid. Pada September 2024, bank milik negara ini mencatatkan rasio kredit bermasalah (NPL) terendah sepanjang sejarah, mencapai 0,97%. Pencapaian ini menunjukkan kualitas aset Bank Mandiri yang semakin membaik dan menjadi bukti ketahanan bisnisnya dalam menghadapi tantangan ekonomi global.
Kinerja Bank Mandiri Melebihi Industri Perbankan
Keberhasilan Bank Mandiri dalam menekan NPL tidak terlepas dari strategi pengelolaan risiko yang tepat sasaran. Darmawan Junaidi, Direktur Utama Bank Mandiri, mengungkapkan, "NPL Bank Mandiri [September 2024] terendah dalam sejarah." Pencapaian ini jauh lebih baik dibandingkan dengan industri perbankan secara keseluruhan. Pada September 2024, rasio NPL industri perbankan berada di angka 2,29%, sedangkan pada September 2023 berada di 2,47%.
Tidak hanya NPL, rasio kredit dalam risiko (LAR) Bank Mandiri juga menunjukkan tren positif. Per September 2024, rasio LAR Bank Mandiri turun 255 basis poin (bps) menjadi 7,32%. Penurunan ini didorong oleh strategi bank dalam mengelola kredit restrukturisasi yang efektif. Jumlah kredit restrukturisasi Bank Mandiri turun dari Rp83,3 triliun pada September 2023 menjadi Rp73,2 triliun pada September 2024.
Ekspansi Kredit Agresif Dorong Kualitas Aset
Kualitas aset Bank Mandiri yang membaik sejalan dengan strategi ekspansi kredit yang agresif. Sejak kuartal I-2024 hingga kuartal III-2024, kredit Bank Mandiri tumbuh secara berturut-turut sebesar 20,1% yoy, 21,5% yoy, dan 22,1% yoy. Pertumbuhan ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan kredit industri perbankan pada periode yang sama, yaitu 12,6% yoy, 12,6% yoy, dan 10,9% yoy.
Ekspansi kredit Bank Mandiri tidak hanya terfokus di wilayah tertentu, melainkan tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Pada September 2024, Bank Mandiri mencatat pertumbuhan kredit di Sumatra sebesar 15,1% yoy, sedangkan industri hanya mencapai 10% yoy. Di Jakarta dan Banten, pertumbuhan kredit Bank Mandiri mencapai 24,2% yoy, sementara industri hanya 13,6% yoy. Di Jawa dan Daerah Istimewa Yogyakarta, kredit Bank Mandiri tumbuh 10,9% yoy, sedangkan industri 7,13% yoy.
"Bank Mandiri konsisten memperkuat perannya sebagai agen perubahan dengan menyalurkan kredit ke sektor riil guna mendukung ekonomi masyarakat dan Perekonomian Indonesia," ujar Darmawan Junaidi. Pertumbuhan kredit Bank Mandiri yang pesat menunjukkan komitmen bank dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Kontribusi Signifikan Bank Mandiri pada Pertumbuhan Ekonomi
Kontribusi Bank Mandiri terhadap pertumbuhan ekonomi nasional juga terlihat dari penyaluran kredit berdasarkan sektor. Kredit pertambangan tumbuh 41,8% yoy, sementara industri tumbuh 25,8% yoy. Sektor perindustrian juga menunjukkan pertumbuhan yang positif, dengan kredit Bank Mandiri tumbuh 15,9% yoy, sedangkan industri 8,15% yoy. Di segmen konsumer, kredit pemilikan rumah (KPR) Bank Mandiri tumbuh 16,2% yoy, sementara industri 11,5% yoy.
Di tengah lesunya kredit UMKM secara industri yang hanya tumbuh 4,42% yoy, ekspansi kredit UMKM Bank Mandiri melesat 13,4% yoy. Pencapaian ini membuktikan fokus Bank Mandiri dalam memberdayakan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia.
Laba Bersih Bank Mandiri Tembus Rp42 Triliun
Kinerja positif Bank Mandiri tidak hanya tercermin pada kualitas aset dan pertumbuhan kredit, tetapi juga pada profitabilitas. Pada kuartal III-2024, laba bersih Bank Mandiri mencapai Rp42 triliun, tumbuh 7,56% yoy. Pencapaian ini menunjukkan efisiensi operasional Bank Mandiri yang semakin meningkat.
Di tengah kompetisi dana pihak ketiga yang membuat tekanan pada beban bunga, pendapatan nonbunga Bank Mandiri tumbuh 10,9% yoy menjadi Rp32,09 triliun. Pada periode yang sama, pendapatan bunga bank naik 12,9% yoy menjadi Rp110,64 triliun dan beban bunga naik 37,8% yoy menjadi Rp36,03 triliun. Hal ini menyebabkan pendapatan bunga bersih atau net intereset income (NII) naik 3,81% yoy menjadi Rp74,6 triliun.