:strip_exif():quality(75)/medias/23469/fc6bdcff88ddd6c4a05bb89726487ea4.jpg)
Memasuki bulan Ramadhan, umat Muslim di seluruh dunia antusias melaksanakan shalat Tarawih. Salah satu pertanyaan yang sering muncul adalah mengenai jumlah rakaat shalat Tarawih yang benar. Berapa sebenarnya jumlah rakaat yang disunnahkan?
Ustadz Najih, dalam sebuah kultum Ramadhan yang diselenggarakan di Masjid Raya Al Furqan Gunungsitoli pada 2 Februari 2025, menjelaskan bahwa jumlah rakaat dalam shalat Tarawih bersifat fleksibel. Artinya, umat Muslim diberi keleluasaan untuk melaksanakannya sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Variasi Jumlah Rakaat Shalat Tarawih
Lantas, bagaimana dengan variasi jumlah rakaat yang sering kita jumpai di berbagai masjid? Ustadz Najih memaparkan beberapa variasi jumlah rakaat shalat Tarawih yang memiliki dasar sejarah dan praktik yang berbeda.
Salah satu variasi yang disebutkan adalah 11 rakaat, termasuk di dalamnya shalat Witir. Menurut Ustadz Najih, jumlah rakaat ini sesuai dengan praktik yang dilakukan pada masa Rasulullah SAW. Beliau juga menyinggung bahwa pada masa itu, Rasulullah SAW membaca dua juz Al-Quran dalam setiap rakaat. Tradisi ini kemudian berlanjut hingga masa Khalifah Umar bin Khattab.
Variasi lainnya adalah 23 rakaat. Jumlah rakaat ini, dijelaskan Ustadz Najih, ditambahkan pada masa Khalifah Umar bin Khattab atas usulan seorang ulama. Penambahan ini dilakukan untuk mengakomodasi kebutuhan umat pada saat itu.
Kemudian, terdapat pula variasi 39 rakaat. Penambahan rakaat ini, menurut Ustadz Najih, terjadi pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz dari Bani Umayyah. Perbedaan dengan praktik sebelumnya adalah bacaan Al-Quran dipersingkat agar pelaksanaan shalat Tarawih tidak terlalu memakan waktu.
Di beberapa daerah, seperti Maroko, pelaksanaan shalat Tarawih bahkan bisa berlangsung lebih lama, bahkan hingga menjelang waktu Subuh, terutama di akhir bulan Ramadhan. Hal ini menunjukkan betapa besar semangat umat Muslim dalam menghidupkan malam-malam Ramadhan dengan ibadah.
Yang Terpenting adalah Niat dan Kemampuan
Ustadz Najih menekankan bahwa yang terpenting dalam melaksanakan shalat Tarawih adalah niat yang ikhlas dan kemampuan diri. "Yang terpenting adalah niat dan kemampuan kita. Jangan paksakan diri jika merasa lelah," ujarnya.
Pernyataan ini memberikan penegasan bahwa esensi dari shalat Tarawih bukanlah semata-mata pada jumlah rakaat yang dikerjakan, melainkan pada kualitas ibadah dan kekhusyukan dalam menghadap Allah SWT.
Shalat Tarawih merupakan shalat sunnah muakkad, yang berarti shalat sunnah yang sangat dianjurkan. Melaksanakan shalat Tarawih, bersama dengan ibadah-ibadah lainnya di bulan Ramadhan, memberikan kesempatan bagi umat Muslim untuk meraih pahala berlipat ganda dan keberkahan dari Allah SWT.
Sebagai penutup, Ustadz Najih berharap agar bulan Ramadhan ini dapat menjadi momentum bagi seluruh umat Muslim untuk meningkatkan kualitas ibadah dan meraih keberkahan. "Semoga Ramadhan kita penuh berkah!" pungkasnya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak ada ketentuan baku mengenai jumlah rakaat shalat Tarawih. Umat Muslim dapat memilih variasi jumlah rakaat yang sesuai dengan kemampuan dan kondisi masing-masing. Yang terpenting adalah melaksanakan shalat Tarawih dengan niat yang ikhlas, khusyuk, dan tidak memaksakan diri.
Selain itu, penting juga untuk memahami sejarah dan dasar dari berbagai variasi jumlah rakaat shalat Tarawih agar dapat melaksanakan ibadah ini dengan penuh keyakinan dan pemahaman.
Semoga dengan memahami fleksibilitas dalam jumlah rakaat shalat Tarawih, umat Muslim dapat semakin termotivasi untuk menghidupkan malam-malam Ramadhan dengan ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.